Monday, 28 March 2016

1) 5 PRINSIP SYARIAH DALAM SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAAN



JABATAN
JABATAN TEKNOLOGI MAKLUMAT DAN KOMUNIKASI
SESI DISEMBER 2015


NAMA & KOD KURSUS
DUA2012 SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAAN DALAM ISLAM


NAMA PENSYARAH

EN. SUFFIAN BIN FABILAH


TAJUK TUGASAN

5 PRINSIP SYARIAH DALAM SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAAN



NAMA AHLI KUMPULAN:-



NO
NAMA
NO MATRIk
1
‘AABID NAAFIZ BIN ZULKELIFI
25DNS15F1114
2
WAN MUHAMMAD AMIRUL BIN AZMI
25DNS15F1021
3
MOHD FAIZ AIMAN BIN WAHAB
25DNS15F1015
4
MUHAMMAD SYAFIQ BIN MOHAMAD ALI KHIR
25DNS15F1054
5
ABDUL HADI BIN HARON
25DNS15F1003



Perhargaan

Bismillahirahmanirahim
Alhamdullilah,bersyukur ke atas ilahi dengan limpahan rahmat serta nikmat masa,nyawa tenaga yang dianugerahkan kepada kami dapat juga kami menyiapkan tugasan ini dengan jayanya. Pertamanya, kami ingin mendedikasikan ucapa penghargaan ini kepada pensyarah tercinta kami, En. Sufian Bin Fabilah kerana dengan tunjuk ajar serta bimbingan daripadanya membuka ruang untuk kami menyiapkan tugasan ini dengan suksesnya. kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada ibu bapa kami yang memberi kami pemudahcara untuk menyiapkan kerja kursus ini.Mereka telah memberikan kami segala kemudahan dan sokongan moral yang tidak terhingga sampai kami berjaya menghabiskan tugasan ini. Ucapan penghargaan ini juga kami tujukan kepada rakan-rakan yang banyak memberi peringatan terhadap setiap apa yang kami telah alpa. Mereka membantu kami dengan menjawab setiap pertanyaan yang kami uterakan kepada mereka. Akhir madah, kami mengucapkan terima kasih kepada mereka yang terlibat secara lansung atau sebaliknya dalam pembikinan kerja kursus ini. Terima kasih.




 Pendahuluan


Manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat, pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai “Sunnatullah”.

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif (Quraniyah dan Kauniyah).

Sebagian dari syariat terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus maupun ibadah umum. Sumber syariat adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariat dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang telah tertanam Aqidah atau keimanan.




Syari'ah

Syari'ah sering diidentikkan dengan fiqh. Penyebutan ini tidak seluruhnya benar, sebab syari'ah difahami sebagai wahyu Allah dan sabda Nabi Muhammad, yang bererti din al-islam, sementara fiqh adalah pemahaman ulama terhadap sumber ajaran agama Islam tersebut.
Demikian juga istilah "hukum Islam" sering disamakan dengan kata norma Islam dan ajaran Islam. Dengan demikian, padanan kata ini dalam bahasa Arab barangkali adalah kata "al-syari'ah". Namun, ada juga yang mengartikan kata undang-undang Islam dengan norma yang berkaitan dengan tingkah laku, yang padanannya barangkali adalah "al-fiqh".
Penjabaran lebih luas dapat dijelaskan sebagai berikut: bahawa kalau disamakan dengan kata "al-syari'ah", undang-undang Islam secara umum dapat diartikan dalam arti luas dan dalam arti sempit.

a. Syari'ah dalam arti luas
Dalam arti luas "al-syari'ah" bermakna seluruh ajaran Islam yang berupa norma-norma terorisme, baik yang mengatur tingkah laku batin (sistem kepercayaan / doktrin) maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang individual dan kolektif. Dalam erti kata ini, al-syariah identik dengan din, yang berarti meliputi seluruh cabang pengetahuan keagamaan Islam, seperti kalam, tasawuf, tafsir, hadis, fiqh, usul fiqh, dan seterusnya. (Akidah, Akhlak dan Fikih).

b. Syari'ah dalam arti sempit
Sedang dalam arti sempit al-syari'ah berarti norma-norma yang mengatur sistem tingkah laku individu maupun tingkah laku kolektif. Berdasarkan pengertian ini, al-syari'ah dihadkan hanya meliputi ilmu fiqh dan usul fiqh.


Pengertian syarî’ah


Kata syarî'ah itu asalnya dari kata kerja syarat. Perkataan ini menurut ar-Razi dalam bukunya Mukhtâr-us Shihah, bisa berarti nahaja (menempuh), awdhaha (menjelaskan) dan bayyan-al Masâlik (menunjukkan jalan). Sedangkan ungkapan syara'a lahum - yasyra'u - syar'an artinya adalah Sanna (menetapkan). Sedang menurut Al-Jurjani, syarî'ah bisa juga ertinya mazhab dan thariqah Mustaqimah / jalan yang lurus. Jadi arti kata syarî'ah secara bahasa banyak artinya. Para ulama akhirnya menggunakan istilah syariah dengan arti selain arti bahasanya, lalu mentradisi. Maka setiap disebut kata syarî'ah, langsung difahami dengan artinya secara tradisi itu.

Imam al-Qurtubi menyebut bahawa syarî'ah artinya adalah agama yang ditetapkan oleh Allah swt untuk hamba-hamba-Nya yang terdiri dari berbagai undang-undang dan ketentuan. Undang-undang dan ketentuan Allah itu disebut syariat kerana mempunyai persamaan dengan sumber air minum yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Ibn-ul Manzhur syariat itu artinya sama dengan agama. Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan bagi manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan kwalitas hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.Prinsip-prinsip Utama Syariat





Prinsip-prinsip Utama Syariat

1. Keadialan (Al - Adalah)
 Pengertian keadilan
Keadilan Tuhan terehadap ciptaannya bermakna bahwa Tuhan pasti mengkaruniakan kepada setiap makhluk apa yang patut baginya dan berguna baginya. KeadilanNya tidak pernah terlepas dari KemahabijakanNya, yakni, Ia menciptakan sekalian makhluk dengan maksud dan tujuan yang pasti. Kebijaksanaan Ilahi memestikan kemajuan makhluk-makhluk hidup ke arah tujuan dan kesempurnaan eksistensialnya.

Keadilan Ilahi dalam kehidupan manusia
Seorang manusia yang berbuat kebaikan patut memperoleh kebaikan. Seorang manusia yang berbuat keburukan patut memperoleh keburukan.
Adalah suatu kemustahilan Tuhan memberikan keburukan sebagai hasil dari kebaikan yang dilakukan manusia.
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”
(QS 55 (AR-RAHMAN): 60)

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. “
(QS 99 (AL-ZALZALAH):7-8)




2. Persamaan (Al - Musawa)

Telah berabad-abad lamanya, sejarah menyaksikan bagaimana orang-orang kulit putih sentiasa berbuat zalim dan bertindak diskriminasi terhadap orang-orang kulit hitam; bilik mandi umum, restoran, tempat peranginan, rumah sakit, sekolah, dan tempat pengebumian orang kulit hitam dipisahkan daripada orang kulit putih.
Islam dengan tegas menolak dan menentang bentuk pilih kasih semacam ini dengan mengatakan,
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah, ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu". (Al-Hujurat: 13)

Orang-orang yang termulia di sisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa. Perbezaan bentuk fizikal, bangsa, dan bahasa justru menunjukkan kekuasaan Allah.
Di antara berbagai tanda kekuasaan-Nya, terdapat langit, bumi, serta pelbagai macam bahasa dan warna kulit. (Ar-Rum: 22)

Pada perjalanan haji terakhirnya, Nabi mulia SAW mengumpulkan para jemaah haji dan bersabda, "Seluruh umat Islam dari berbagai kabilah, suku, bangsa, dan bahasa adalah sama." (Safinah al-Bihar, jilid II, hal. 248.)

Semasa hidupnya, Nabi mulia SAW seringkali memberikan kedudukan tertentu kepada para hambanya, menikahkan orang kulit hitam dengan kulit putih, bahkan anak bibi beliau diberikan kepada seorang budak hitam. Semua itu ditujukan demi menghapuskan pelbagai bentuk diskriminasi




Islam Mengajarkan Keadilan, Bukan Persamaan dalam Segala Hal

الرجال قوامون على النساء بما فضل الله بعضهم  على بعض وبما أنفقوا من أموالهم فالصالحات قانتات حافظات للغيب بما حفظ الله

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh kerana Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). "(An-Nisa`: 34)



3.    Musyawarah (Al – Musyawarah)

Secara etimologis, musyawarah berasal dari kata syawara, iaitu berunding, berembuk, atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Makna dasar dari kata musyawarah adalah mengeluarkan dan menampakan (al-istihkhraju wa al-izhar). Secara terminologis, musyawarah diartikan sebagai upaya memunculkan sebuah pendapat dari seorang ahli untuk mencapai titik terdekat pada kebenaran demi kemaslahatan umum.

Kata musyawarah diambil dari akar kata syin (sy) waw (w), dan ra (r). Ketiga huruf tersebut membentuk kata syawara, yang awalnya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk pendapat).

Pada dasarnya, musyawarah digunakan untuk hal-hal yang bersifat umum atau peribadi. Oleh karena itu, bermusyawarah sangat dibutuhkan, terutama untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, baik oleh masyarakat secara individu maupun secara umum. Islam telah menganjurkan musyawarah dan  memerintahkannya dalam banyak ayat dalam al-Qur’an, ia menjadikannya sesuatu hal terpuji dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan negara, serta menjadi elemen penting dalam kehidupan umat, ia disebutkan dalam  sifat-sifat dasar orang-orang beriman dimana keIslaman dan keimanan mereka tidak sempurna kecuali dengannya, ini disebutkan dalam surat khusus,




Kesimpulan


Syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan nabi sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan.Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan umumnya pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Muamalah dalam syariah Islam bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan demikian Syariah Islam dapat terus menerus memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat dalam semua aspek kehidupan.Syariah Islam dalam muamalah senantiasa mendorong penyebaran manfaat bagi semua pihak, menghindari saling merugikan, mencegah perselisihan dan kesewenangan dari pihak yang kuat atas pihak-pihak yang lemah. Dengan dikembangkannya muamalah berdasarkan syariah Islam akan lahir masyarakat marhamah, yaitu masyarakat yang penuh rahmat.Bagi kaum Muslim, penerapan Syariat Islam menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi, keluarga, masyarakat, maupun negara. Ibadah shalat, zakat, haji, pernikahan, perdagangan, dan sebagainya, adalah sebagian aspek kehidupan yang terikat erat dengan syariat. Namun, harus diakui, ada saja sementara orang Muslim sendiri yang syariat-fobia.Yang lebih penting, konsep syariat Islam lebih mengedepankan konsep keadilan, persamaan, musyawarah dan pencegahan, ketimbang sanksi hukuman. Pada akhirnya, sukses-tidaknya suatu penerapan hukum, juga ditentukan oleh kualitas takwa para hakim, penguasa, dan juga rakyat.







Bibliografi

Fiqh Islam, H. Sulaiman rasjid, 1976, Attahiriyah, Bandung.
Rosyanti, Imas., (Op.cit 236)
Rosyanti, Imas., (2002) Esensi Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, (hlm 235)
Shihab, M.Quraish., (1996), Membumikan Al-Qur’an, Bandung, Mizan, (cet.12.)
Zaenal Fanani, S.H.I., M.Si. (Hakim Pengadilan Agama Martapura) - Badilag.net

http://www.allaahumma.com/547/prinsip-dan-kewajiban-bermusyawarah-dalam-islam.htm
http://agil-asshofie.blogspot.com/2011/04/persamaan-dalam-islam.html
http://abuirhas.blogspot.com/2012/01/hadits-tentang-keadilan.html
http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=614
http://islamwiki.blogspot.com/2012/08/pengertian-syariah-dalam-arti-luas-dan.html
http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=283%3Asyariat-islam-dan-tantangan-zaman&catid=11%3Anirwan-syafrin&Itemid=17

2) 6 PERANAN SYARIAH DALAM PERLAKSANAAN SAINS DAN TEKNOLOGI




JABATAN


JABATAN TEKNOLOGI MAKLUMAT DAN KOMUNIKASI

NAMA & KOD KURSUS


DUA2012 SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAAN DALAM ISLAM

NAMA PENSYARAH


EN.SUFFIAN BIN FABILAH

TAJUK TUGASAN


6 PERANAN SYARIAH DALAM PERLAKSANAAN SAINS DAN TEKNOLOGI


NAMA AHLI

NO
NAMA
NO MATRIX
1
DANIAL AMERUL BIN MOHAMMAD HAIRUL
25DNS15F1096
2
MUHAMMAD AKMAL BIN ANUAR
25DNS15F1057
3
AHMAD HAZREEN BIN AHMAD KHAIRUL ANUAR
25DNS15F1045
4
MOHD HANIF BIN KAMARUDDIN
25DNS15F1117
5
MOHAMAD ALIFF BIN MOHD YUSOFF
25DNS15F1024

DISEMBER 2015



PENGHARGAAN

Assalammualaikum w.b.t
          Alhamdulillah, kami merafakkan sepenuh kesyukuran kehadrat Ilahi serta junjungan Nabi Muhammad dengan limpah dan kurniannya dengan nikmat masa, nyawa dan tenaga yang telah dianugerahkan kepada kami dalam menjayakan kerja kursus ini.
          Pertamanya kami sekumpulan ingin mendedikasikan ucapan penghargaan ini kepada pensyarah kami En.Suffian Bin Fabilah kerana dengan tunjuk ajar serta bimbingan daripadanya membuka ruang untuk kami menyiapkan tugasan ini dengan lancarnya.
          Kami juga ingin mengucapkan ribuan terima kasih yang tidak terhingga kepada ibubapa kami yang banyak memberi idea serta pemudah cara untuk menyiapkan kerja kursus ini. Mereka telah memberikan kami segala kemudahan dan sokongan moral yang tidak terhingga sehingga kami mampu menyiapkan tugasan ini tepat pada masanya .
          Ucapan penghargaan ini juga kami sekumpulan tujukan kepada rakan-rakan yang banyak memberi peringatan terhadap setiap kesalahan dan kealpaan kami. Mereka juga banyak membantu kami dalam menjawab setiap pertanyaan yang telah kami utarakan.
          Akhir Madah, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka yang terlibat secara langsung atau tidak dalam proses pembikinan tugasan ini. Sekian.

“Kesusahan tidak semuanya seksaan dan yang paling pahit itu bukan semuanya racun. Tetapi adakalanya lebih berguna dari pada kesenangan yang terus-menerus"



PENDAHULUAN

Islam adalah satu-satunya agama yang diiktiraf oleh Allah dan diturunkan kepada manusia bagi mengatur kehidupan mereka. Anutan terhadap keseluruhan ajaran Islam akan menjamin manusia mencapai kejayaan yang hakiki di dunia mahupun akhirat. Sebagai satu agama yang bertindak mengatur perjalanan hidup manusia, Islam merupakan satu ajaran yang istimewa kerana menawarkan garis panduan dalam seluruh aspek kehidupan. Tiada satupun keperluan diabaikan di dalam ajaran Islam. Justeru itu sebagai satu cara hidup, ajaran Islam mengandungi tiga komponen utama iaitu aqidah, syariah dan akhlak.

Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat manusia, baik 'Muslim' mahupun 'non Muslim'. Selain hukum clan aturan, Syariat Islam juga berisi problem solving (penyelesaian masalah) seluruh kehidupan ini. Kepada penganut Islam, Syariat Islam merupakan panduan integral/menyeluruh dan sempurna bagi seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini. Firman Allah s.w.t yang bermaksud:

Pada keseluruhannya Kami jadikan engkau (wahai Muhammad s.a.w dan utuskan engkau) menjalankan satu jalan yang cukup lengkap dari hukum-hukum agama; Maka turutlah akan jalan itu dan janganlah engkau menurut hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui (perkara yang benar).



MEMELIHARA AGAMA

Agama atau ad-Din terdiri daripada akidah, ibadah dan hukum yang disyariahkan oleh Allah untuk  menguruskan hubungan manusia dengan Tuhannya dan menguruskan hubungan antara manusia di mana dengan hukum itu Allah bermaksud untuk membangun dan menetapkan agama dalam jiwa manusia dengan cara mengikuti hukum syariah dan menjauhi tingkahlaku dan perkataan yang dilarang syariah.

Cara memelihara agama

Hukuman kepada murtad
Umat ​​Islam, dalam bentuk apa pun dilarang memaksa orang bukan Muslim untuk memeluk Islam. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 256

"Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam. Sungguh telah jelas jalan kebenaran dari jalan kesesatan."

Bersandar pada ayat tersebut, jelas bahawa jika ada orang bukan Muslim yang ingin masuk Islam, sesungguhnya dia telah mendapat hidayah. Umat ​​Islam akan dengan senang hati menerima mereka dan menjadikan mereka saudara. 
Jika ada seorang Muslim yang ingin keluar dari Islam, sebenarnya dia sedang tersesat dari jalan yang benar setelah sebelumnya dia mendapat hidayah.
     
Allah s.w.t berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 217: 

"Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu diamati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."

Hukuman apa yang harus diberikan kepada seorang yang murtad? Tentang hal ini, ulama bersepakat, sebagaimana diungkapkan oleh Wahbahaz-Zuhaili, bahawa lelaki yang murtad hukumannya adalah dibunuh dengan syarat dia baligh, berakal dan tidak dalam keadaan dipaksa. Bagi perempuan yang murtad pun hukumannya adalah dibunuh menurut majoriti fuqaha kecuali kalangan Hanafiyah.

Mengapa seorang yang murtad begitu keras hukumannya? Hal ini dilakukan untuk menjaga kemuliaan Islam dan kaum muslimin dan sekali gus menjaga akidah umat Islam dari keraguan yang akan disebarkan murtad jika mereka bebas berkeliaran di tengah-tengah umat Islam. Hukuman ini akan menjaga keutuhan jamaah kaum muslimin dari perpecahan dan menjaga mereka dari berbagai kerosakan.



MEMELIHARA HARTA

Manusia mempunyai fitrah berkehendakkan kepada kekayaan dan kesenangan. Keadaan ini sesuai dengan Islam yang meng­galakkan seseorang Islam Ian' daripada kemiskinan. Ini kerana kemiskinan boleh menyebabkan seseorang itu melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar batasan. Islam mem­benar dan menggalakkan seseorang itu mengumpulkan seba­nyak mungkin harta kekayaan dengan cara yang dihalalkan oleh syariat, syarak dan akhlak Islam.

Namun begitu satu peringatan diberikan oleh Allah kepada mereka yang mempu­nyai harta dan kekayaan supaya tidak melakukan perbuatan­perbuatan yang menimbulkan bencana kepada din' sendiri dan orang lain. Ini kerana apabila seseorang itu mempunyai harta, kekayaan dan kuasa la lupa daratan dan sanggup melakukan di luar batasan kemanusiaan dan sanggup mengaku sebagai tuhan seperti Qarun dan Firaun. Kebenaran untuk mengumpul harta dan peringatan Allah supaya tidak lupa daratan apabila sudah kaya dan berkuasa, dijelaskan oleh Allah seperti firman­Nya yang bermaksud:

Dan carilah dengan apa yang diberikan Allah kepada engkau (kese­lamatan) kampung akhirat, jangan engkau lupakan bahagian engkau di dunia ini, buatlah kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat ke­baikan kepada engkau dan janganlah engkau membuat bencana di muka bumi; sesungguhnya Allah tiada mencintai orang-orang yang membuat bencana.”  (Al-Qashash: ayat 77)

Pemilikan harta benda dan kekayaan telah digalakkan dan dibenarkan oleh Islam. Namun begitu selaras dengan konsep Islam yang mengutamakan kesejahteraan umat keseluruhan­nya, setiap perbuatan adalah ibadat dan sebagai ujian Allah Taala telah mewajibkan kepada mereka yang berharta menge­luarkan sedikit daripada hartanya sebagai zakat. Seterusnya Allah Taala juga menggalakkan umatnya bersedekah dengan harta kekayaan tersebut.

Islam telah mengutamakan kesela­matan harta benda yang menjadi hak milik mutlak yang dihalalkan kepada setiap orang di dunia ini. Antara jaminan keselamatan tersebut, Allah Taala melarang keras seseorang itu melakukan sebarang bentuk tingkah laku yang boleh meng­gugat keselamatan harta benda berkenaan.

Beberapa peraturan dan hukum telah ditetapkan bagi menjamin keselamatan harta benda supaya tidak diganggu gugat oleh orang lain. Antara tingkah laku yang menganggu keselamatan harta benda seperti mencuri, merompak, berjudi, riba, mengurangkan timbangan dan sukatan, menipu, memakan harta orang lain dengan cara yang tidak halal dan sebagainya.



MEMELIHARA KETURUNAN

Nasab keturunan merupakan sesuatu yang amat penting dalam Islam. Hal ini terbukti dalam sejarah Islam di mana ketika Rasulullah s.a.w telah mengambil seorang anak angkat yang bernama Zaid bin Haritsah. Anak tersebut dinasabkan oleh orang-orang ketika itu kepada Nabi dan kemudian Allah menurunkan ayat Al-Quran surah al-Ahzab ayat 4 hingga 5 yang menegur perbuatan menasabkan anak angkat tersebut kepada Nabi.

Dalam satu hadis Nabi ada mengatakan “ Barangsiapa yang menisbahkan dirinya kepada selain ayah kandungnya padahal ia mengetahui bahawa itu bukanlah ayah kandungnya, maka haram baginya bau syurga” Hadis ini menjelaskan tidak boleh seseorang menasabkan dirinya kepada orang lain selain ayah kandungnya apabila dia mengetahui orang itu bukanlah ayah kandungnya dan hukumnya adalah haram. Nasab merupakan suatu nikmat yang besar kepada manusia yang diturunkan Allah.

Bagi memelihara keturunan, hukuman hudud akan dikenakan ke atas penzina dan orang yang menuduh zina atau qazaf. Hal ini kerana, persetubuhan yang dilakukan sebelum pernikahan akan membenihkan janin dan jika yang melakukan persetubuhan itu adalah perempuan yang telah berkahwin dengan lelaki yang bukan suaminya, maka dikhuatiri akan timbulnya kekeliruan nasab keturunan bayi tersebut dan ianya akan membawa kepada akibat yang buruk pada masa hadapan.

Tambahan lagi, nasab keturunan juga perlu dijaga demi menjaga maruah atau aib kepada keluarga mahupun anak itu sendiri. Hal ini kerana, anak yang tidak diketahui nasabnya atau yang dilahirkan diluar tali pernikahan seringkali sukar untuk diterima oleh masyarakat dan sering dipandang hina. Walaupun status mereka adalah anak luar nikah dan tidak diketahui nasabnya, namun ia bukanlah kesalahan mereka untuk dilahirkan sebegitu.



MEMELIHARA AKAL

Akal manusia telah sedia ada wujud sejak mula diciptakan.  Maksud memelihara akal dari segi wujud ini adalah bagaimana cara manusia untuk sentiasa menghidupkan akal, dan menyuburkannya supaya tidak lumpuh dan beku.

a) Kewajipan menuntut ilmu

Setiap umat Islam diwajibkan menuntut ilmu Allah tidak kira ilmu dalam bidang apa sekalipun. Ini kerana asas dan sumber kepada setiap ilmu adalah daripada Allah, dan wajib bagi kita untuk menyandarkan semua yang telah dipelajari kepada-Nya dengan matlamat untuk mencapai keredhaan Allah di samping membantu manusia lain. Hadith Nabi dari riwayat yang sahih yang bermaksud:
"menuntut ilmu itu merupakan satu kefardhuan atas setiap muslim (sama ada lelaki atau perempuan.)"

Orang yang berilmu dan memanfaatkan ilmu pada jalan yang benar, serta membantu manusia berdasarkan ilmu yang diperolehi akan dikurniakan nikmat dan ganjaran yang besar dan berterusan daripada Pemilik Segala Ilmu.

b) Menyubur dan meningkatkan ilmu pengetahuan

Kepentingan menghidupkan akal dengan ilmu telah dibuktikan dengan beberapa ayat al-Quran yang menyatakan bahawa  orang berilmu akan diberi kebaikan kepada si penuntut ilmu. Hadith Nabi Muhammad s.a.w berbunyi :

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين 

yang bermaksud "sesiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, nescaya Allah menjadikannya faqih pada agamanya."

Ini juga merupakan satu bentuk jaminan bahawa sesiapa yang menuntut ilmu dan faqih terhadap apa yang dipelajari, maka akan mendapat kebaikan di dunia dan akhirat dengan izin Allah. Akal yang sihat dan waras akan sentiasa haus dengan ilmu yang pastinya tidak akan habis. Jika kehidupan tidak dilengkapi dengan ilmu pengetahuan, maka umat Islam akan terpedaya dengan kehendak dan tuntutan dunia dan seterusnya merugi dan mensia-siakan nikmat akal yang telah Allah kurniakan.

Dari Segi 'Adami

Bagaimana cara kita mensyukuri dan memelihara akal daripada rosak dan tidak berguna?

a) Tidak meminum arak, dadah dan seumpamanya.

Arak diharamkan dalam Islam kerana ia membawa seribu satu kemudharatan kepada manusia. Bermula dengan khayal, kemudian tidak tahu apa yang diucap, bertelingkah, bergaduh, bunuh membunuh, berzina dan menghina Islam. Semuanya dalam keadaan yang tidak terkawal.

Jika difahami, orang yang menjauhi perkara-perkara ini akan mendapat keuntungan dan kejayaan di sisi Allah. Sebaliknya, orang yang meminum arak dan berjudi sudah tentu akan gagal dan akan menanggung kemelesetan dalam hidupnya di dunia.

b) Tidak memikirkan perkara-perkara yang lagha dan maksiat.

Orang yang selalu memikirkan dan berkhayal tentang sesuatu perkara yang buruk (maksiat) boleh menyebabkan matinya akal. Tidak kuat ingatan, sukar untuk menghafal sesuatu dan sering gagal dalam kehidupan antara beberapa kesan jika seseorang yang lalai terus dibuai mimpinya. Ilmu itu adalah nur, dan nur tidak akan masuk ke dalam hati orang yang bermaksiat. Justeru, akal akan mati, iman akan terkubur.



MEMELIHARA NYAWA

Untuk memelihara nyawa, al-Quran menetapkan bahawa pembunuh yang sengaja membunuh nyawa orang lain, diancam dengan hukuman qisas (bunuh balas) mengikut syaratnya. Jika tidak cukup syarat, tetapi terbukti tertuduh melakukan pembunuhan, mesti dijatuhi hukuman ta'zir, iaitu hukuman yang jenis dan kadarnya ditentukan hakim.

Hukuman qisas wajar dijalankan, kecuali orang yang bersalah itu dimaafkan keluarga mangsa atau pun tidak cukup syaratnya. Sebaliknya, hukuman yang dijatuhkan pengadilan berdasarkan undang-undang perlu dilaksanakan.

Hukuman mati menjadi sasaran kritik kelompok yang menamakan diri sebagai pejuang penegak hukum. Mereka menuntut supaya hukuman mati dihapuskan dengan alasan, cukuplah Tuhan yang mencabut nyawa manusia.

Islam menghargai kepentingan menjaga nyawa. Firman Allah yang bermaksud: 

Kerana itu (besarnya dosa pembunuhan), Kami telah tetapkan kepada Bani Israel (dan juga bangsa lain), bahawa siapa saja yang membunuh (seorang) manusia, tidak kerana melaksanakan hukuman qisas atau hukuman terhadap pembuat bencana di muka bumi, samalah dengan membunuh seluruh manusia. Siapa yang menolong (seorang manusia) untuk terus hidup, samalah dengan menolong semua manusia untuk hidup bersama. (Surah al-Maidah, ayat 32)

Penghargaan terhadap nyawa orang lain hanya akan wujud di kalangan yang meyakini kebenaran ayat ini dan terdidik sejak kecil lagi. Juga termasuk penghargaan terhadap nyawa, ialah orang yang membunuh diri ditegaskan dalam hadis sahih, akan kekal di neraka jahanam.
Hukuman itu wajar, kerana orang yang membunuh diri tidak lagi percaya adanya Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Penolong. Mereka menghukum diri mereka sendiri terlebih dulu sebelum datangnya hukum Tuhan.



MEMELIHARA MARUAH

Maksud
Setiap muslimin wajib menjaga diri dan maruah daripada melakukan perbuatan yang mencemarkan nama baik dan menjatuhkan kehormatan diri sendiri.
Umat bermaruah ialahlah umat yang memiliki jati diri dengan berpegang kepada ajaran islam dan tidak terpengaruh dengan unsur asing yang merosakkan.

Antara kepentingan menjaga maruah diri :-
  • Untuk mendapat keredaan Allah S.W.T
  • Untuk memelihara maruah diri dan keluarga.
  • Untuk menghindari diri daripada perkara-perkara yang  tidak diingini.
Cara menjaga maruah diri

1.       Cara  berpakaian
  • Pakaian menutup aurat, tidak ketat dan tidak jarang.
  • Pakaian kemas dan bersih.
  • Tidak memakai pakaian berlambang yang diharamkan seperti lambing black metal, ajaran sesat, agama lain dan lain-lain.
2.      Cara Pergaulan
  • Memberi salam dan berjabat tangan ketika bertemu dengan saudara Islam (dalam batasan syarak).
  • Menjaga tatasusila dan hukum syarak dalam pergaulan.
  •  Hormat menghormati, berkasih saying dan beramah mesra sesame manusia.
  • Bertukar-tukar pendapat dan pandangan.
  • Menjaga rahsia dan keaiban orang lain.
  • Menjaga hati sahabat dalam perkara kebaikan. 
3.      Cara percakapan
  • Bercakap perkataan yang baik. Lebih baik diam dari berkata sesuatu yang tidak sesuai.
  • Berlemah-lembut dan bersopan dalam berinteraksi.
  • Percakapan yang menyenangkan.
  • Bercakap tentang perkara yang mendatangkan faedah diri, masyarakat dan negara.
  • Bercakap benar. 
Akibat tidak menjaga diri dan maruah
  • Kehidupan tidak diberkati.
  • Mendapat dosa.
  •  Dipulau oleh rakan dan masyarakat.
  • Mendorong melakukan jenayah seperti rogol dan sumbang mahram.
  • Masyarakat kucar kacir dan negara tidak aman.
  • Masyarakat akan memandang rendah dan menghina orang yang tidak bermoral.
Hikmah menjaga diri dan maruah
  • Kehidupan diberkati Allah.
  • Mendapat pahala.
  • Akan disayangi, disukai dan disanjung oleh rakan dan masyarakat.
  • Boleh membendung kejadian jenayah.
  • Melahirkan masyarakat sejahtera,bersatu padu dan negara aman.



KESIMPULAN

Syariah Islam adalah peraturan yang diturunkan Allah kepada seluruh umat manusia sebagai panduan hidup dalam menempuh kehidupan. Keperluan terhadap satu satu panduan yang serba lengkap adalah satu kemestiaan kerana manusia adalah makhluk yang dicipta serba kekurangan. Peraturan dalam syariah Islam banyak mengatur kehidupan manusia agar mereka memperoleh kejayaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kejayaan dan kebahagiaan yang menjadi buruan manusia bukan dihitung berdasarkan kepada pencapaian kemajuan di dunia semata-mata.
          
Syariah Islam bertujuan untuk memelihara kepentingan manusia khususnya menjaga agama, nyawa, akal, keturunan dan harta. Manusia kadangkala lupa peranan dan tanggungjawab mereka dalam mengejar cita-cita. Manusia hanya mementingkan diri  sendiri kerana godaan nafsu dan perasaan. Oleh itu matlamat syariah (maqasid al-syariah) boleh dijadikan panduan agar manusia tidak mengabaikan kepentingan dan hak orang lain dalam mengejar cita-cita.

         
Pengamalan dan penghayatan objektif umum syariah secara menyeluruh seperti keadilan sejagat, persamaan, mempermudahkan dan menghindarkan kesusahan dan sebagainya merupakan satu petunjuk dan panduan kepada manusia dalam pengurusan dan pembangunan ummah. Pembangunan ummah adalah satu bentuk pembangunan bersepadu yang mengambil kira pembangunan fizikal dan spiritual. Kedua-kedua aspek pembangunan ini memerlukan satu sama lain. Tanpa ada pembangunan fizikal umat Islam juga tidak mampu mewujudkan pembangunan spiritual dan begitu juga sebaliknya.





RUJUKAN

Al-Quran al-Karim.

Abdul Halim El-Muhammady. (1993). Perkembangan Undang-undang Islam Dari ZAMAN Rasulullah SAW Hingga Zaman Penjajahan Barat
Selangor : Budaya Ilmu Sdn. Bhd.

'Ali 'Ali Mansur. (1970). Muqaranat Bayn al-Syariah al-Islamiyyah wa al-Qawanin al-Wad'iyyah.
Bayrut: Dar al-Fath.

Al-Asymawi, Muhammad Sa'id. (1996). Al-Syari'ah al-Islamiyyah wa al-Qanun al-Misri
Mesir : Maktabah Madbuli al-Saghir.

al-Fasyy,' Alal. (1966). Maqasidal-Shari'ah al-lslamiyyah wa makarimuha
Dar al-Bayda': Maktabat al-Wihdah al-'Arabiyyah.