Monday, 28 March 2016

1) 5 PRINSIP SYARIAH DALAM SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAAN



JABATAN
JABATAN TEKNOLOGI MAKLUMAT DAN KOMUNIKASI
SESI DISEMBER 2015


NAMA & KOD KURSUS
DUA2012 SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAAN DALAM ISLAM


NAMA PENSYARAH

EN. SUFFIAN BIN FABILAH


TAJUK TUGASAN

5 PRINSIP SYARIAH DALAM SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAAN



NAMA AHLI KUMPULAN:-



NO
NAMA
NO MATRIk
1
‘AABID NAAFIZ BIN ZULKELIFI
25DNS15F1114
2
WAN MUHAMMAD AMIRUL BIN AZMI
25DNS15F1021
3
MOHD FAIZ AIMAN BIN WAHAB
25DNS15F1015
4
MUHAMMAD SYAFIQ BIN MOHAMAD ALI KHIR
25DNS15F1054
5
ABDUL HADI BIN HARON
25DNS15F1003



Perhargaan

Bismillahirahmanirahim
Alhamdullilah,bersyukur ke atas ilahi dengan limpahan rahmat serta nikmat masa,nyawa tenaga yang dianugerahkan kepada kami dapat juga kami menyiapkan tugasan ini dengan jayanya. Pertamanya, kami ingin mendedikasikan ucapa penghargaan ini kepada pensyarah tercinta kami, En. Sufian Bin Fabilah kerana dengan tunjuk ajar serta bimbingan daripadanya membuka ruang untuk kami menyiapkan tugasan ini dengan suksesnya. kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada ibu bapa kami yang memberi kami pemudahcara untuk menyiapkan kerja kursus ini.Mereka telah memberikan kami segala kemudahan dan sokongan moral yang tidak terhingga sampai kami berjaya menghabiskan tugasan ini. Ucapan penghargaan ini juga kami tujukan kepada rakan-rakan yang banyak memberi peringatan terhadap setiap apa yang kami telah alpa. Mereka membantu kami dengan menjawab setiap pertanyaan yang kami uterakan kepada mereka. Akhir madah, kami mengucapkan terima kasih kepada mereka yang terlibat secara lansung atau sebaliknya dalam pembikinan kerja kursus ini. Terima kasih.




 Pendahuluan


Manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat, pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai “Sunnatullah”.

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif (Quraniyah dan Kauniyah).

Sebagian dari syariat terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus maupun ibadah umum. Sumber syariat adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariat dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang telah tertanam Aqidah atau keimanan.




Syari'ah

Syari'ah sering diidentikkan dengan fiqh. Penyebutan ini tidak seluruhnya benar, sebab syari'ah difahami sebagai wahyu Allah dan sabda Nabi Muhammad, yang bererti din al-islam, sementara fiqh adalah pemahaman ulama terhadap sumber ajaran agama Islam tersebut.
Demikian juga istilah "hukum Islam" sering disamakan dengan kata norma Islam dan ajaran Islam. Dengan demikian, padanan kata ini dalam bahasa Arab barangkali adalah kata "al-syari'ah". Namun, ada juga yang mengartikan kata undang-undang Islam dengan norma yang berkaitan dengan tingkah laku, yang padanannya barangkali adalah "al-fiqh".
Penjabaran lebih luas dapat dijelaskan sebagai berikut: bahawa kalau disamakan dengan kata "al-syari'ah", undang-undang Islam secara umum dapat diartikan dalam arti luas dan dalam arti sempit.

a. Syari'ah dalam arti luas
Dalam arti luas "al-syari'ah" bermakna seluruh ajaran Islam yang berupa norma-norma terorisme, baik yang mengatur tingkah laku batin (sistem kepercayaan / doktrin) maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang individual dan kolektif. Dalam erti kata ini, al-syariah identik dengan din, yang berarti meliputi seluruh cabang pengetahuan keagamaan Islam, seperti kalam, tasawuf, tafsir, hadis, fiqh, usul fiqh, dan seterusnya. (Akidah, Akhlak dan Fikih).

b. Syari'ah dalam arti sempit
Sedang dalam arti sempit al-syari'ah berarti norma-norma yang mengatur sistem tingkah laku individu maupun tingkah laku kolektif. Berdasarkan pengertian ini, al-syari'ah dihadkan hanya meliputi ilmu fiqh dan usul fiqh.


Pengertian syarî’ah


Kata syarî'ah itu asalnya dari kata kerja syarat. Perkataan ini menurut ar-Razi dalam bukunya Mukhtâr-us Shihah, bisa berarti nahaja (menempuh), awdhaha (menjelaskan) dan bayyan-al Masâlik (menunjukkan jalan). Sedangkan ungkapan syara'a lahum - yasyra'u - syar'an artinya adalah Sanna (menetapkan). Sedang menurut Al-Jurjani, syarî'ah bisa juga ertinya mazhab dan thariqah Mustaqimah / jalan yang lurus. Jadi arti kata syarî'ah secara bahasa banyak artinya. Para ulama akhirnya menggunakan istilah syariah dengan arti selain arti bahasanya, lalu mentradisi. Maka setiap disebut kata syarî'ah, langsung difahami dengan artinya secara tradisi itu.

Imam al-Qurtubi menyebut bahawa syarî'ah artinya adalah agama yang ditetapkan oleh Allah swt untuk hamba-hamba-Nya yang terdiri dari berbagai undang-undang dan ketentuan. Undang-undang dan ketentuan Allah itu disebut syariat kerana mempunyai persamaan dengan sumber air minum yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Ibn-ul Manzhur syariat itu artinya sama dengan agama. Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan bagi manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan kwalitas hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.Prinsip-prinsip Utama Syariat





Prinsip-prinsip Utama Syariat

1. Keadialan (Al - Adalah)
 Pengertian keadilan
Keadilan Tuhan terehadap ciptaannya bermakna bahwa Tuhan pasti mengkaruniakan kepada setiap makhluk apa yang patut baginya dan berguna baginya. KeadilanNya tidak pernah terlepas dari KemahabijakanNya, yakni, Ia menciptakan sekalian makhluk dengan maksud dan tujuan yang pasti. Kebijaksanaan Ilahi memestikan kemajuan makhluk-makhluk hidup ke arah tujuan dan kesempurnaan eksistensialnya.

Keadilan Ilahi dalam kehidupan manusia
Seorang manusia yang berbuat kebaikan patut memperoleh kebaikan. Seorang manusia yang berbuat keburukan patut memperoleh keburukan.
Adalah suatu kemustahilan Tuhan memberikan keburukan sebagai hasil dari kebaikan yang dilakukan manusia.
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”
(QS 55 (AR-RAHMAN): 60)

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. “
(QS 99 (AL-ZALZALAH):7-8)




2. Persamaan (Al - Musawa)

Telah berabad-abad lamanya, sejarah menyaksikan bagaimana orang-orang kulit putih sentiasa berbuat zalim dan bertindak diskriminasi terhadap orang-orang kulit hitam; bilik mandi umum, restoran, tempat peranginan, rumah sakit, sekolah, dan tempat pengebumian orang kulit hitam dipisahkan daripada orang kulit putih.
Islam dengan tegas menolak dan menentang bentuk pilih kasih semacam ini dengan mengatakan,
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah, ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu". (Al-Hujurat: 13)

Orang-orang yang termulia di sisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa. Perbezaan bentuk fizikal, bangsa, dan bahasa justru menunjukkan kekuasaan Allah.
Di antara berbagai tanda kekuasaan-Nya, terdapat langit, bumi, serta pelbagai macam bahasa dan warna kulit. (Ar-Rum: 22)

Pada perjalanan haji terakhirnya, Nabi mulia SAW mengumpulkan para jemaah haji dan bersabda, "Seluruh umat Islam dari berbagai kabilah, suku, bangsa, dan bahasa adalah sama." (Safinah al-Bihar, jilid II, hal. 248.)

Semasa hidupnya, Nabi mulia SAW seringkali memberikan kedudukan tertentu kepada para hambanya, menikahkan orang kulit hitam dengan kulit putih, bahkan anak bibi beliau diberikan kepada seorang budak hitam. Semua itu ditujukan demi menghapuskan pelbagai bentuk diskriminasi




Islam Mengajarkan Keadilan, Bukan Persamaan dalam Segala Hal

الرجال قوامون على النساء بما فضل الله بعضهم  على بعض وبما أنفقوا من أموالهم فالصالحات قانتات حافظات للغيب بما حفظ الله

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh kerana Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). "(An-Nisa`: 34)



3.    Musyawarah (Al – Musyawarah)

Secara etimologis, musyawarah berasal dari kata syawara, iaitu berunding, berembuk, atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Makna dasar dari kata musyawarah adalah mengeluarkan dan menampakan (al-istihkhraju wa al-izhar). Secara terminologis, musyawarah diartikan sebagai upaya memunculkan sebuah pendapat dari seorang ahli untuk mencapai titik terdekat pada kebenaran demi kemaslahatan umum.

Kata musyawarah diambil dari akar kata syin (sy) waw (w), dan ra (r). Ketiga huruf tersebut membentuk kata syawara, yang awalnya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk pendapat).

Pada dasarnya, musyawarah digunakan untuk hal-hal yang bersifat umum atau peribadi. Oleh karena itu, bermusyawarah sangat dibutuhkan, terutama untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, baik oleh masyarakat secara individu maupun secara umum. Islam telah menganjurkan musyawarah dan  memerintahkannya dalam banyak ayat dalam al-Qur’an, ia menjadikannya sesuatu hal terpuji dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan negara, serta menjadi elemen penting dalam kehidupan umat, ia disebutkan dalam  sifat-sifat dasar orang-orang beriman dimana keIslaman dan keimanan mereka tidak sempurna kecuali dengannya, ini disebutkan dalam surat khusus,




Kesimpulan


Syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan nabi sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan.Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan umumnya pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Muamalah dalam syariah Islam bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan demikian Syariah Islam dapat terus menerus memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat dalam semua aspek kehidupan.Syariah Islam dalam muamalah senantiasa mendorong penyebaran manfaat bagi semua pihak, menghindari saling merugikan, mencegah perselisihan dan kesewenangan dari pihak yang kuat atas pihak-pihak yang lemah. Dengan dikembangkannya muamalah berdasarkan syariah Islam akan lahir masyarakat marhamah, yaitu masyarakat yang penuh rahmat.Bagi kaum Muslim, penerapan Syariat Islam menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi, keluarga, masyarakat, maupun negara. Ibadah shalat, zakat, haji, pernikahan, perdagangan, dan sebagainya, adalah sebagian aspek kehidupan yang terikat erat dengan syariat. Namun, harus diakui, ada saja sementara orang Muslim sendiri yang syariat-fobia.Yang lebih penting, konsep syariat Islam lebih mengedepankan konsep keadilan, persamaan, musyawarah dan pencegahan, ketimbang sanksi hukuman. Pada akhirnya, sukses-tidaknya suatu penerapan hukum, juga ditentukan oleh kualitas takwa para hakim, penguasa, dan juga rakyat.







Bibliografi

Fiqh Islam, H. Sulaiman rasjid, 1976, Attahiriyah, Bandung.
Rosyanti, Imas., (Op.cit 236)
Rosyanti, Imas., (2002) Esensi Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, (hlm 235)
Shihab, M.Quraish., (1996), Membumikan Al-Qur’an, Bandung, Mizan, (cet.12.)
Zaenal Fanani, S.H.I., M.Si. (Hakim Pengadilan Agama Martapura) - Badilag.net

http://www.allaahumma.com/547/prinsip-dan-kewajiban-bermusyawarah-dalam-islam.htm
http://agil-asshofie.blogspot.com/2011/04/persamaan-dalam-islam.html
http://abuirhas.blogspot.com/2012/01/hadits-tentang-keadilan.html
http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=614
http://islamwiki.blogspot.com/2012/08/pengertian-syariah-dalam-arti-luas-dan.html
http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=283%3Asyariat-islam-dan-tantangan-zaman&catid=11%3Anirwan-syafrin&Itemid=17

No comments:

Post a Comment