JABATAN
JABATAN TEKNOLOGI MAKLUMAT
DAN KOMUNIKASI
SESI DISEMBER 2015
NAMA & KOD KURSUS
DUA2012 SAINS TEKNOLOGI DAN
KEJURUTERAAN DALAM ISLAM
NAMA PENSYARAH
EN. SUFFIAN BIN FABILAH
TAJUK TUGASAN
5 PRINSIP SYARIAH DALAM
SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAAN
NAMA AHLI KUMPULAN:-
NO
|
NAMA
|
NO MATRIk
|
1
|
‘AABID NAAFIZ BIN
ZULKELIFI
|
25DNS15F1114
|
2
|
WAN MUHAMMAD AMIRUL
BIN AZMI
|
25DNS15F1021
|
3
|
MOHD FAIZ AIMAN BIN
WAHAB
|
25DNS15F1015
|
4
|
MUHAMMAD SYAFIQ BIN
MOHAMAD ALI KHIR
|
25DNS15F1054
|
5
|
ABDUL HADI BIN
HARON
|
25DNS15F1003
|
Perhargaan
Bismillahirahmanirahim
Alhamdullilah,bersyukur ke atas ilahi dengan limpahan rahmat serta
nikmat masa,nyawa tenaga yang dianugerahkan kepada kami dapat juga kami
menyiapkan tugasan ini dengan jayanya. Pertamanya, kami ingin mendedikasikan
ucapa penghargaan ini kepada pensyarah tercinta kami, En. Sufian Bin Fabilah
kerana dengan tunjuk ajar serta bimbingan daripadanya membuka ruang untuk kami
menyiapkan tugasan ini dengan suksesnya. kami juga ingin mengucapkan terima
kasih yang tidak terhingga kepada ibu bapa kami yang memberi kami pemudahcara
untuk menyiapkan kerja kursus ini.Mereka telah memberikan kami segala kemudahan
dan sokongan moral yang tidak terhingga sampai kami berjaya menghabiskan
tugasan ini. Ucapan penghargaan ini juga kami tujukan kepada rakan-rakan yang
banyak memberi peringatan terhadap setiap apa yang kami telah alpa. Mereka
membantu kami dengan menjawab setiap pertanyaan yang kami uterakan kepada
mereka. Akhir madah, kami mengucapkan terima kasih kepada mereka yang terlibat
secara lansung atau sebaliknya dalam pembikinan kerja kursus ini. Terima kasih.
Pendahuluan
Manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai
meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam
semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat, pola perkembangan
manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah berlangsung di
atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai “Sunnatullah”.
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT.
Dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa
dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa
akan dzat Allah SWT yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus
mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai
dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan
kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya yang
tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif (Quraniyah dan Kauniyah).
Sebagian dari syariat terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah
khusus maupun ibadah umum. Sumber syariat adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah,
sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut
digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariat dapat dilaksanakan apabila pada diri
seseorang telah tertanam Aqidah atau keimanan.
Syari'ah
Syari'ah sering diidentikkan dengan fiqh. Penyebutan ini tidak
seluruhnya benar, sebab syari'ah difahami sebagai wahyu Allah dan sabda Nabi
Muhammad, yang bererti din al-islam, sementara fiqh adalah pemahaman ulama
terhadap sumber ajaran agama Islam tersebut.
Demikian juga istilah "hukum Islam" sering disamakan
dengan kata norma Islam dan ajaran Islam. Dengan demikian, padanan kata ini
dalam bahasa Arab barangkali adalah kata "al-syari'ah". Namun, ada
juga yang mengartikan kata undang-undang Islam dengan norma yang berkaitan
dengan tingkah laku, yang padanannya barangkali adalah "al-fiqh".
Penjabaran lebih luas dapat dijelaskan sebagai berikut: bahawa
kalau disamakan dengan kata "al-syari'ah", undang-undang Islam secara
umum dapat diartikan dalam arti luas dan dalam arti sempit.
a. Syari'ah dalam arti luas
Dalam arti luas "al-syari'ah" bermakna seluruh ajaran
Islam yang berupa norma-norma terorisme, baik yang mengatur tingkah laku batin
(sistem kepercayaan / doktrin) maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang
individual dan kolektif. Dalam erti kata ini, al-syariah identik dengan din,
yang berarti meliputi seluruh cabang pengetahuan keagamaan Islam, seperti
kalam, tasawuf, tafsir, hadis, fiqh, usul fiqh, dan seterusnya. (Akidah, Akhlak
dan Fikih).
b. Syari'ah dalam arti sempit
Sedang dalam arti sempit al-syari'ah berarti norma-norma yang
mengatur sistem tingkah laku individu maupun tingkah laku kolektif. Berdasarkan
pengertian ini, al-syari'ah dihadkan hanya meliputi ilmu fiqh dan usul fiqh.
Pengertian syarî’ah
Kata syarî'ah itu asalnya dari kata kerja syarat. Perkataan ini
menurut ar-Razi dalam bukunya Mukhtâr-us Shihah, bisa berarti nahaja
(menempuh), awdhaha (menjelaskan) dan bayyan-al Masâlik (menunjukkan jalan).
Sedangkan ungkapan syara'a lahum - yasyra'u - syar'an artinya adalah Sanna
(menetapkan). Sedang menurut Al-Jurjani, syarî'ah bisa juga ertinya mazhab dan
thariqah Mustaqimah / jalan yang lurus. Jadi arti kata syarî'ah secara bahasa
banyak artinya. Para ulama akhirnya menggunakan istilah syariah dengan arti
selain arti bahasanya, lalu mentradisi. Maka setiap disebut kata syarî'ah,
langsung difahami dengan artinya secara tradisi itu.
Imam al-Qurtubi menyebut bahawa syarî'ah artinya adalah agama yang
ditetapkan oleh Allah swt untuk hamba-hamba-Nya yang terdiri dari berbagai
undang-undang dan ketentuan. Undang-undang dan ketentuan Allah itu disebut
syariat kerana mempunyai persamaan dengan sumber air minum yang menjadi sumber
kehidupan bagi makhluk hidup. Ibn-ul Manzhur syariat itu artinya sama dengan
agama. Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan bagi
manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan kwalitas hidupnya dalam rangka
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.Prinsip-prinsip Utama Syariat
Prinsip-prinsip Utama Syariat
1.
Keadialan (Al - Adalah)
Pengertian keadilan
Keadilan Tuhan terehadap ciptaannya bermakna bahwa Tuhan pasti
mengkaruniakan kepada setiap makhluk apa yang patut baginya dan berguna
baginya. KeadilanNya tidak pernah terlepas dari KemahabijakanNya, yakni, Ia
menciptakan sekalian makhluk dengan maksud dan tujuan yang pasti. Kebijaksanaan
Ilahi memestikan kemajuan makhluk-makhluk hidup ke arah tujuan dan kesempurnaan
eksistensialnya.
Keadilan Ilahi dalam kehidupan manusia
Seorang manusia yang berbuat kebaikan patut memperoleh kebaikan.
Seorang manusia yang berbuat keburukan patut memperoleh keburukan.
Adalah suatu kemustahilan Tuhan memberikan keburukan sebagai hasil
dari kebaikan yang dilakukan manusia.
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”
(QS 55 (AR-RAHMAN): 60)
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya
dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. “
(QS 99 (AL-ZALZALAH):7-8)
2.
Persamaan (Al - Musawa)
Telah berabad-abad lamanya, sejarah menyaksikan bagaimana
orang-orang kulit putih sentiasa berbuat zalim dan bertindak diskriminasi
terhadap orang-orang kulit hitam; bilik mandi umum, restoran, tempat
peranginan, rumah sakit, sekolah, dan tempat pengebumian orang kulit hitam
dipisahkan daripada orang kulit putih.
Islam dengan tegas menolak dan menentang bentuk pilih kasih
semacam ini dengan mengatakan,
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah, ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu".
(Al-Hujurat: 13)
Orang-orang yang termulia di sisi Allah adalah mereka yang paling
bertakwa. Perbezaan bentuk fizikal, bangsa, dan bahasa justru menunjukkan
kekuasaan Allah.
Di antara berbagai tanda kekuasaan-Nya, terdapat langit, bumi,
serta pelbagai macam bahasa dan warna kulit. (Ar-Rum: 22)
Pada perjalanan haji terakhirnya, Nabi mulia SAW mengumpulkan para
jemaah haji dan bersabda, "Seluruh umat Islam dari berbagai kabilah,
suku, bangsa, dan bahasa adalah sama." (Safinah al-Bihar, jilid II,
hal. 248.)
Semasa hidupnya, Nabi mulia SAW seringkali memberikan kedudukan
tertentu kepada para hambanya, menikahkan orang kulit hitam dengan kulit putih,
bahkan anak bibi beliau diberikan kepada seorang budak hitam. Semua itu
ditujukan demi menghapuskan pelbagai bentuk diskriminasi
Islam Mengajarkan Keadilan, Bukan Persamaan dalam Segala Hal
الرجال
قوامون على النساء بما فضل الله بعضهم على بعض وبما أنفقوا من أموالهم
فالصالحات قانتات حافظات للغيب بما حفظ الله
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
kerana Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian
dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka). "(An-Nisa`: 34)
3. Musyawarah
(Al – Musyawarah)
Secara etimologis, musyawarah berasal dari kata syawara, iaitu
berunding, berembuk, atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Makna dasar dari
kata musyawarah adalah mengeluarkan dan menampakan (al-istihkhraju wa
al-izhar). Secara terminologis, musyawarah diartikan sebagai upaya memunculkan
sebuah pendapat dari seorang ahli untuk mencapai titik terdekat pada kebenaran
demi kemaslahatan umum.
Kata musyawarah diambil dari akar kata syin (sy) waw (w), dan ra
(r). Ketiga huruf tersebut membentuk kata syawara, yang awalnya bermakna
mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang sehingga
mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain
(termasuk pendapat).
Pada dasarnya, musyawarah digunakan untuk hal-hal yang bersifat
umum atau peribadi. Oleh karena itu, bermusyawarah sangat dibutuhkan, terutama
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, baik oleh masyarakat secara individu
maupun secara umum. Islam telah menganjurkan musyawarah
dan memerintahkannya dalam banyak ayat dalam al-Qur’an, ia
menjadikannya sesuatu hal terpuji dalam kehidupan individu, keluarga,
masyarakat dan negara, serta menjadi elemen penting dalam kehidupan umat, ia
disebutkan dalam sifat-sifat dasar orang-orang beriman dimana
keIslaman dan keimanan mereka tidak sempurna kecuali dengannya, ini disebutkan
dalam surat khusus,
Kesimpulan
Syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya
diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan nabi sesuai
ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan.Syariah Islam memberikan
tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan umumnya pada seluruh umat manusia
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Muamalah dalam syariah Islam
bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan demikian Syariah Islam dapat terus
menerus memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam menyongsong setiap
perubahan yang terjadi di masyarakat dalam semua aspek kehidupan.Syariah Islam
dalam muamalah senantiasa mendorong penyebaran manfaat bagi semua pihak,
menghindari saling merugikan, mencegah perselisihan dan kesewenangan dari pihak
yang kuat atas pihak-pihak yang lemah. Dengan dikembangkannya muamalah
berdasarkan syariah Islam akan lahir masyarakat marhamah, yaitu masyarakat yang
penuh rahmat.Bagi kaum Muslim, penerapan Syariat Islam menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi, keluarga, masyarakat, maupun
negara. Ibadah shalat, zakat, haji, pernikahan, perdagangan, dan sebagainya,
adalah sebagian aspek kehidupan yang terikat erat dengan syariat. Namun, harus
diakui, ada saja sementara orang Muslim sendiri yang syariat-fobia.Yang lebih
penting, konsep syariat Islam lebih mengedepankan konsep keadilan, persamaan,
musyawarah dan pencegahan, ketimbang sanksi hukuman. Pada akhirnya,
sukses-tidaknya suatu penerapan hukum, juga ditentukan oleh kualitas takwa para
hakim, penguasa, dan juga rakyat.
Bibliografi
Fiqh Islam, H. Sulaiman rasjid, 1976, Attahiriyah, Bandung.
Rosyanti, Imas., (Op.cit 236)
Rosyanti, Imas., (2002) Esensi Al-Qur’an, Pustaka Setia,
Bandung, (hlm 235)
Shihab, M.Quraish., (1996), Membumikan Al-Qur’an, Bandung,
Mizan, (cet.12.)
Zaenal Fanani, S.H.I., M.Si. (Hakim Pengadilan Agama
Martapura) - Badilag.net
http://www.allaahumma.com/547/prinsip-dan-kewajiban-bermusyawarah-dalam-islam.htm
http://agil-asshofie.blogspot.com/2011/04/persamaan-dalam-islam.html
http://abuirhas.blogspot.com/2012/01/hadits-tentang-keadilan.html
http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=614
http://islamwiki.blogspot.com/2012/08/pengertian-syariah-dalam-arti-luas-dan.html
http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=283%3Asyariat-islam-dan-tantangan-zaman&catid=11%3Anirwan-syafrin&Itemid=17
No comments:
Post a Comment